Fotografer: Meliza, dan rombongan (skitar 8 foto, credit to: Dewi, Nuniek, Mba Tami, Bang Nando)
Narator : Meliza
Cerita di balik lensa
Perjalanan ke Ujung Kulon hampir saja batal karena bus Ar*mbi yang kami andalkan untuk mengantar kami hingga Serang tak kunjung tersedia (bis penuh karena libur imlek). Namun karena tekad sudah bulat dan pantang pulang, angkot pun menjadi pilihan terakhir meski gak bisa banyak bergerak. Dari Serang, kami lanjut naik elf hingga Taman Jaya. Dari Taman Jaya, nyebrang ke Pulau Peucang. Singgah di Peucang kemudian nyebrang ke Pulau Cibom (nenda hari pertama) dan Pulau Cidaon (nenda hari kedua).
Foto punya cerita
Ujung Kulon, daerah paling barat Pulau Jawa memiliki daya tarik tersendiri untuk: diving, snorkling atau sekedar jalan-jalan di pantai, jelajah (treking) di area hutan, berkemah (camping), dan mancing (termasuk makan ikan hasil pancingan :p)
Yup, Anda pasti kurang setuju kalau “Taman Nasional” terlewatkan oleh saya untuk disebut. Taman Nasional Ujung Kulon ternyata salah satu dari Taman Nasional yang cukup ‘kaya’ di dunia. Kaya dalam hal jenis tumbuhan maupun satwa nya. Tidak heran daerah ini disebut “Warisan Dunia (World Heritage)”. Sayangnya karena keterbatasan cuaca, saya tidak ketemu dengan satwa-satwa langka seperti Badak Bercula Satu, dll nya. Smoga di lain waktu bisa ngeliat si Badak..
Dua hal yang tak akan pernah saya lupakan dari perjalanan ini adalah:
Pertama, sensasi pertama kali berkemah, hehe. Tidak ada kamar mandi, tidak ada kasur, tidak ada listrik, tidak ada sinyal. Tidak ada listrik dan sinyal = cepat tidur = pengen cepet-cepet pagi. Biasanya saya malah ingin lama-lama pagi supaya tidurnya bisa lebih panjang 😀
Mungkin begitulah rasanya menjadi peronda/ penjaga malam yang selalu mengharapkan datangnya pagi. Pagi yang pasti akan datang.
Teringat sesuatu dari Mzm 130:6 yg menjadi refleksi saya di Ujung Kulon: “Jiwaku mengharapkan Tuhan lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi, lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi.”
Kedua, sensasi naik tiang tinggi di Tanjung Layar. Wow. Super Wow karena bot tiang nya ada yang sudah hampir lepas. Sulit rasanya merasa aman di situasi seperti itu. Lihat saja di foto yang ada, tangan saya tak pernah lepas dari pegangan, wkwkwk.. Kenapa saya memberani kan diri menaiki si tiang? Karena saya percaya pemandangan yang akan dilihat adalah luar biasa.
Sama seperti kehidupan, ada peristiwa yang dirasa ‘tidak aman’, namun ternyata setelah dilewati, makna peristiwanya adalah sesuatu yang berharga. Yang penting kita tahu apa yang harus dipegang 🙂
Pingback: Cerita di UK (Ujung Kulon) :p | Jejak-jejak kaki kecil
Pantesan sangat berhati-hati, tiangnya terlihat mengkhawatirkan sih, kayanya orang gampang nyelonong terjun :p